Kamis, 27 Januari 2011

Tulis Asal Tulis

Menulis cerita sudah menjadi hobiku dari sejak duduk di bangku SMA. Terus menulis meski terkadang apa yang kutulis tak begitu jelas. plot yang acak acakan, tulisan yang amburadul ga jelas. head sama endingnya ga nyambung....aih, tapi semua itu tak membuatku menyerah. Aku bisa menulis. 

Tidak banyak yang tahu aku seorang penulis amatir, tulisanku banyak tercecer di lembar buku bekas, belum ada yang sengaja ingin membaca hasil tulisanku, kecuali aku memaksa mereka membacanya. barulah mereka dengan malas membaca tulisanku, dan diakhiri 'lumayan". aih....bukan itu yang aku inginkan aku inginnya bukan sekadar lumayan. tulisanku bukan asal tulis. dari hati terdalam aku menulisnya seperti itu. imajinasi plus dunia nyata campur aduk berada pada alur cerita yang kutulis.

Suatu kali ketika duduk di bangku kuliah, jam tiga malam aku bangun karena mendengar ada yang memperdebatkan masalahku. kudengar dan ku resapi apa yang mereka perdebatkan... dan tanganku tergerak untuk menulis sesuatu di lembaran buku bekas yang aku bendel menjadi sebuah buku catatan rahasia. begitu aku menyebutnya! dan dini hari itu juga aku menyelesaikan sebuah sajak sunda dengan bekas bulir air mata menetes di atas kertas itu. dan tahukah, sahabatku, satu tahun kemudian aku membuka catatan rahasiaku dan aku ketik dengan komputer dengan niat mengirimkan ke redaksi majalah guru. kebetulan waktu itu, aku sudah menjadi guru sukwan. beberapa bulan kemudian tulisanku dimuat di majalah itu, aku ingat, edisi april 2008. jangka waktu yang begitu lama, pertama kalinya tulisanku mendapat apresiasi, meskipun honornya ga terkirim. tapi terpampangnya tulisanku memotivasiku untuk terus menulis.

Beberapa bulan sempat pakem menulis. karena disibukkan dengan siaran di radio dan mengajar. sekitar pertengahan tahun 2010 lalu aku kembali menulis carpon (carita pondok) dan kembali mengirimkan ke redaksi yang sama dan satu carpon lagi ke redaksi yang berbeda. pada januari 2011 kemarin, datang pak pos menghantarkan wesel honorium tulisan yang dimuat oleh salah satu redaksi majalah. begitu mendapat kertas wesel dari pak pos, bukan nominalnya yang menarik hatiku, tapi tulisan "honorium tulisan yang di MUAT" wow....luar biasa nikmat. terima kasih tuhan...........
Janjiku, selama aku bisa, aku tak akan berhenti menulis.